Analisis Sosiologi Masyarakat Kota Untuk Strategi Dakwah

                                                                                                                         

Sosiologi berasal dari kata Latin socius, dan kata Yunani yaitu logos. Socius berarti kawan atau teman, dan logos berarti pengetahuan. Dengan demikian, sosiologi berarti pengetahuan tentang perkawanan atau pertemanan. Pengertian pertemanan ini kemudian diperluas cakupannya menjadi sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat, atau bisa disebut dengan masyarakat. Dengan demikian, sosiologi diartikan sebagai pengetahuan tentang hidup bermasyarakat. Kata socius dibentuk dari kata “sosial” yang diartikan sebagai “serba berjiwa kawan,” “serba terbuka” untuk orang lain, untuk memberi dan menerima, untuk umum. Kebalikan dari “sosial” adalah “individual,” yaitu serba tertutup.

Menurut Max Weber said that sociology is knowledge which aim that try to understand about the social act. (Max Weber, sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.)[1]
 
Manusia akan senantiasa bergaul atau berhubungan dengan sesamanya dalam suatu kelompok yang dinamakan masyarakat. Keinginan manusia untuk selalu bergaul atau berhubungan itu merupakan objek kajian sosiologi. Dalam bergaul mereka berpedoman pada nilai dan norma yang berlaku di masyarakatnya. Hal ini dimaksudkan agar tercipta suatu keteraturan hidup dalam masyarakat. 

Menurut Paul B. Horton[2].  masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Pada bagian lain, Horton mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai masyarakat, alangkah baiknya kita membahas terlebih dahulu mengenai masyarakat setempat. Masyarakat setempat merupakan suatu istilah untuk menunjukan sekelompok manusia yang hidup disuatu wilayah. Apabila anggota suatu kelompok , baik kelompok itu besar atau kecil, sehidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi disebut masyarakat setempat.

Soerjono soekanto berujar dalam bukunya “Sosiologi suatu pengantar (edisi baru ketiga1987)” masyarakat yang mempunyai tempat tinggal yang tetap dan permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya.
Masih dalam buku yang sama milik Soerjon soekanto, beliau mengutip dari buku Kingsley Davis “Human Society”, disana ada penjelasan mengenai tipe-tipe masyarakat setempat yakni :

a.       Jumlah penduduk.
b.      Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman.
c.       Fungsi-fungsi khusus dari masyarakat-masyarakat setempat terhadap sekuruh masyarakat.
d.       Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.

Setelah kita mengetahui tipe masyarakat setempat di atas, maka tipe-tipe tersebut dapat dipergunakan untuk membedakan antara masyarakat sederhana dan modern serta masyarakat pedesaan dan perkotaan.

Dikarenakan pada pertemuan kemarin (17-04-13) kelompok pertama telah membahas mengenai masyarakat desa, pada kesempatan kali ini penulis akan berfoskus untuk membahas mengenai masyarakat perkotaan. 

Masyarakan perkotaan biasa disebut dengan “urban community”dan masyarakat desa biasa disebut “rural community”[3]. Masyarakat perkotaan  / urban community adalah masyarakat kota yang tidak tentu penduduknya. Kota adalah sebuah area urban[4] yang berbeda dengan desa berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan ataupun status hukum. Tekanan pengertian “kota”, terletak pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.[5]
 
Di desa yang utamanya adalah perhatian khusus terhadap keperluan utama dari pada kehidupan, hubungan-hubungan untuk memperhatikan fungsi pakaian, makanan, rumah, dan sebagainya. Lain dengan orang-orang kota yang mempunyai pandangan-pandangan yang berbeda. Orang-orang kota sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup, sehubungan dengan pandangan masyarakat sekitarnya. Kalau menghidangkan makanan misalnya, yang diutamakan bahwa makanan yang dihidangkan tersebut memberikan kesan bahwa yang menghidangkannya mempunyai kedudukan sosial yang tinggi. Pada orang kota, makanan yang dihidangkan harus terlihat mewah dan tempat untuk menghidangkannya juga harus mewah dan terhormat. Disini terlihat pembedaan penilaian; orang desa menilai makanan sebagai suatu alat untuk memenuhi kebutuhan biologis, sedangkan pada orang-orang kota  sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sosial.[6]

Dalam buku karangan M. Cholil Mansyur[7], beliau menjelaskan sifat-sifat masyarakat kota, diantaranya :

1.      Sikap kehidupan

Masing-masing anggota masyarakat berusaha sendiri-sendiri tanpa terikat oleh anggota masyarakat lainnya, ini menunjukan corak kehidupan yang terbatas dimana setiap individu mempunyai otonomi jiwa atau kemerdekaan pribadi sebagaimana yang disebut oleh Prof. Djojodiguno, S.H. dengan istilahnya masyarakat Patembayan atau sama dengan yang dimaksud oleh sosiolog jerman Ferdinand Tonnies yang terkenal dengan isltilah Gesselschaft.

2.      Tingkah laku

Tingkah lakunya bergerak maju mempunyai sifat kreatif, radikal dan dinamis. Dari segi budaya masyarakat kota umumnya mempunyai tingkatan budaya yang lebih tinggi, karena kreatifitas dan dinamikanya kehidupan kota lebih cepat menerima yang baru atau membuang sesuatu yang lama, lebih cepat mengadakan reaksi, lebih cepat menerima mode-mode dan kebiasaan-kebiasaan baru.

3.      Perwatakan 

Perwatakannya cenderung materialistis.[8] Akibat dari sikap hidup yang egoisme dan pandangan hidup yang radikal dan dinamis menyebabkan masyarakat kota lemah dalam segi religi, yang mana menimbulkan efek-efek negatif yang berbentuk tindakan a-moral, indisipliner, kurang memperhatikan tanggungjawab sosial.


[1] Bagja Waluya, Sosiologi; menyelami sosial di masyarakat, PT. Pribumi Mekar, 2009. hal.4
[2] Ibid. hal.10
[3] Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta, halaman 57.
[4] Dalam kamus besar bahasa indonesia, urban artinya berkenaan dng kota; bersifat kekotaan. urbanisasi yang artinya perpindahan penduduk secara berduyun-duyun dr desa (kota kecil, daerah) ke kota besar (pusat pemerintahan): pembangunan desa dapat membendung  perubahan sifat suatu tempat dr suasana (cara hidup dsb) desa ke suasana kota. Urbanisme : sikap dan cara hidup orang kota; 2 perkembangan daerah perkotaan; 3 ilmu tentang kehidupan kota.
[5] Sedikit me-review dan mengingat kembali, bahwa pada pertemuan kemarin (17/04/13) kelompok1 telah menjelaskan kehidupan pedesaan :
a)       Memiliki hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.
b)       Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau paguyuban)
c)       Sebagian besar warga masyarakat hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part time)
d)       Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan sebagainya.
e)       Masyarakat pedesaan identik dengan istilah ‘gotong-royong’ yang merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka.
f)        Kehidupan keagamaan, sangat religius ( Religius trend)
g)       Jalan pikiran orang desa umumnya lebih praktis lebih mementingkan pada kekerabatan.
h)      Perubahan – perubahan sosial cenderung lebih lambat karena masyarakatnya tertutup terhadap pengaruh luar.
[6] Soerjono Soekanto, op.cit., halaman 137
[7] Drs. Cholil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota dan desa, Usaha Nasional, Surabaya.
[8] Cholil Mansyur  lebih lanjut, menjelaskan ada beberapa penyebab masyarakat kota menjadi materialistis. Dampak dari mementingkan diri sendiri menyebabkan orang-orang mengutamakan dengan segala usaha untuk mengumpulkan harta benda untuk memperkaya diri. Pada mulanya ini disebabkan oleh rasa kekhawatiran kelangsungan hidup pribadi keluarganya untuk masa-masa mendatang karena sulitnya mencari nafkah di kota. Penyebabnya antara lain :
a.       Faktor kenaikan harga.
b.       Penghasilan yang relatif statis (karena pada umumnya warga kota terdiri dari kaum buruh dan pegawai yang penghasilannya hanya tergantung pada gaji).
c.        Pengaruh dari tingkat hidup masyarakat kota yang menuntut banyak biaya, karena kebutuhannya jauh lebih besar dibandingkan dengan masyarakat desa.

0 comments:

Posting Komentar

Jangan lupa tinggalkan komentar. Kritik dan saran saya tunggu.

Semoga hari ini menjadi hari yang penuh dengan kemuliaan dan penuh dengan harapan. Semoga Allah senantiasa membimbing, memberi petunjuk, dan lindungan-Nya kepada kita.

Halaman

Statistik

15,640
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Pengikut

Tertarik ?? Klik iklan di bawah ini !!!!

Popular Posts

Copyright © 2025/ Tulis apapun, panen kapanpun !

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger