Pengaruh lembaga survei terhadap opini publik dalam proses demokrasi di Indonesia

Lembaga survei saat ini masih terbilang baru. Lembaga ini menjadi penting untuk dibicarakan mengingat kepentingan lembaga survei ini masih dipertanyakan. Apakah benar-benar independen atau hanya kepanjangan tangan dari politik  penguasa ?



Peran lembaga survei dalam melakukan Quick Count sangat dibutuhkan, namun hendaknya ini tidak disalahgunakan oleh pegiat lembaga survei yang hendak menodainya dengan kepentingan yang lain agar proses demokrasi berjalan dengan lancar.



Eksistensi lembaga survei muncul dan popularitasnya sangat dominan di masyarakat. Survei-survei maupun polling-pollingnya mempengaruhi opini publik. Lembaga survei sangat diminati oleh parpol atau calon-calon legislatif. Namun sayangnya, eksistensi ini dibarengi oleh kontroversi. Masyarakat menganggap lembaga itu tidak netral dari politik of interest tim sukses yang memenangkan pemilihan.



Lembaga survei bukan malah menumbuhkan iklim demokratisasi publik melainkan menebar kebohongan lewat hasil-hasil survei yang dibuatnya. Sebab, kinerjanya sudah dianggap hanya untuk mempengaruhi pemilih pada salah satu parpol maupun calon legislatif.



Di Amerika (Negara bapak demokrasi) kontroversi lembaga survei juga terjadi. Lembaga survei hanya di anggap tertarik pada industrialisasi dan bisnis atau pembentukan opini publik dengan menarik perhatian media  massa dari pada mengungkan opini publik yang sesungguhnya. Salah satu lembaga survei yang ada di Amerika itu bernama Gollup Poll.



Lembaga ini di tenggarai berselingkuh dengan kekuasaan yang menginginkan kesuksesan politik di negeri Paman Sam ini. Yang mengungkap licik dan bobroknya lembaga ini adalah David W Moore (mantan orang dalam Gollup Poll).



Indonesia belum lama mengawal demokrasi pemilu yang benar-benar dilakukan secara langsung dan demokratis. Hendaknya ini tidak di nodai. Lembaga survei di tenggarai membuat bingung masyarakat sehingga dinilai tidak independen lagi. Karena terbukti saat ini lembaga survei terkesan menggiring opini publik kearah kontestan tertentu.



Namun masyarakat mulai berhati-hati dengan lembaga survei. Mereka tidak mau terpengaruh dengan opini publik yang diterbar oleh lembaga survei. Semoga ini menjadi titik awal masyarakat Indonesia mulai demokratis.



#Diilhami dari tulisan Ismatillah A Nu’ad (peneliti pusat studi islam dan kenegaraan, Universitas Paramadina, Jakarta

"abong mahasiswa"

@:"Pan ente gawe naon ayeuna ?"
I : "Sakola keneh, masih kuliah"
@ : "Semester sabaraha ayeuna ?"
I : "Semester 7"
@ : "Ah naon kuliah mah tungtungna mah neang duit gawe"

Ungkapan di atas sering aku dengar dari teman-temanku yang udah punya kerjaan dan menghasilkan uang dari kerjaannya itu. Aku suka diam sejenak kalau mau ngebales ungkapan itu. Nyari ungkapan yang tepat biar ga dibilang "abong mahasiswa". Udah itu, aku bilang : 

"Ah da tujuan saya mah supaya bisa reunian, kan keren mun reunian teh :D, selain itu juga, meh saya anu pake toga bisa difoto sama bapak + adik-aadik . :)" (pake gaya ayah pidi baiq sebagian) hehe

Ngasih kebanggaan pada orang tua itu satu hal yang paling luarbiasa diantara hal yang lain. Pernah ga kamu ngasih kebanggaan pada orang tua dalam bentuk dan hal yang berbeda atau samasekali belum pernah? 

Kalau ngasih kebanggaan ke orang tua dengan hal materi itu mah menurutku hal yang biasa. Alasannya, suka denger juga kalau dirumah, nenek atau kakek bilang "teu penting duit mah, nu penting mah nini jeung aki geus bagja lamun bisa ningali ujang jadi jalma bener, sholeh"

Ini bukan masalah kuliahnya, ini tentang ngasih kebanggaan. Ilmu dan segala hal tentang pengetahuan itu mah bonus dari usaha ngasih kebanggaan itu. Percuma kuliah kalau ga sholeh, ga pernah ngasih do'a ke orang tua, akhlaknya tambah rusak. karena harapan orang tua itu ingin anaknya baik, sholeh-sholehah, ta'at pada aturan agama dan ga pernah niggalin sholat.

#Ilmu kehidupan itu ada disekeliling kita, dimanapun kapanpun :)

“luncat tina udar, leupas tina tali gadang”

Tantangan untuk hidup kini semakin terasa keras. Selalu saja ada sesuatu yang memang mungkin itu bisa membuat kita semakin giat dan kuat menghadapinya, atau mungkin bisa membuat kita jatuh dan semakin memperburuk keadaan. Sikap yang diambil dalam menghadapi kondisi seperti itu haruslah dipertimbangkan dengan baik.

Masa depan memang sudah menanti kita untuk datang. Kata orang-orang, masa depan itu ditentukan oleh kita yang sedang menjalani di masa sekarang. Semua hal yang kita lakukan, besar kecilnya dapat mengubah masa depan yang kita ingin gapai.

Pengambilan keputusan dalam berbagai hal yang kita hadapi haruslah keputusan yang terbaik dan kita yakin akan keputusan itu. Resiko atau akibat dari kita mengambil keputusan itu haruslah dipikirkan terlebih dahulu sebelum kita memikirkan kesenangan dan kebahagiaan.Ketika kita sudah siap dengan keputusan kita, berarti kita siap dengan segala resiko yang akan menimpa kita. Jika diperhitungkan dengan tepat, maka resiko apapun tidak akan membuat kita menjadi semakin tertekan bahkan jatuh.

Merasa berat dan tidak mampu dengan beban atau masalah yang sedang dihadapi itu wajar. Merasa ringan dan mampu menyelesaikan masalah juga wajar. Hanya saja, jika kita terus-terusan merasa berat dan tidak mampu dengan setiap  masalah yang kita hadapi, secara otomatis mindset  atau pikiran seperti itu bisa menjadi kenyataan. Kita tidak mampu dan menyerah pada kenyataan. Begitupun sebaliknya.

Keinginan yang telah kita buat tentu saja harus menjadi motivasi. Saat kita berjalan menuju terwujudnya keinginan itu pasti ada lika-liku dan rintangan bagai jalan yang berkelok dan berlubang. Dalam kondisi seperti ini, bisikan-bisikan iblis akan hadir. Dimana kita memiliki keinginan disitulah iblis. Peran iblis dalam membuat manusia tak berdaya dan tergiur dengan bisikannya sangatlah dominan jika keinginan itu semakin kuat. Maka dari itu, dalam setiap keinginan dan keputusan yang telah kita buat haruslah diikat dengan kuat oleh agama dan syari’at.

Bukan berarti kita dalam menghindari godaan syetan tidak perlu memiliki keinginan apalagi tidak punya keinginan. Keinginan itu harus tetap ada karena itu adalah hukum alam.“Tong hayang komo embung, tong embung komo hayang” adalah salah satu cara dari sekian cara dalam menyikapi keinginan yang ingin dicapai.

luncat tina udar, leupas tina tali gadang”, saat ada keinginan dan keinginan itu terwujud,jangan sesekali kita terlepas dari ajaran syari’at dan agama.

#SelfRevolution
#MudaBedaBerkarakter
#Sasieureun sabeunyeureun

Tentng pertanyaan yang aku pertanyakan

Hujan saat ini sedang turun dengan deras. Aku sandarkan kepalaku pada jendela kecil tepat di samping tempat tidurku. Aku lihat air mengalir pada kaca dan ciptakan bayangan yang samar tentang wujudmu. Saat itu dirumah sedang tak ada siapa-siapa. Hanya ada aku dan bayangan.

Kusampaikan beberapa pertanyaan untukmu pada air yang mengalir.

Aku bertanya,
“apa kabar denganmu ?”
“apakah kamu baik-baik saja ?”
“masihkah kamu ingat denganku?”
“adakah rindu di hatimu?”
“Adakah kamu bertanya tentang semua pertanyaan yang aku tanyakan kepadamu ?”
“kamu itu nyata atau hanya khayalan belaka?”

Aku tarik selimut dan ku balut tubuh ini. Angin berhemus kencang. Udara semakin dingin. Dan aku di sini sendiri bersama bayangan dalam ruang yang sempit. Dan aku masih bertanya tentang semua pertanyaan yang aku sampaikan pada air yang mengalir.

Aku bertanya,
“apa kabar denganmu ?”
“apakah kamu baik-baik saja ?”
“masihkah kamu ingat denganku?”
“adakah rindu di hatimu?”
“Adakah kamu bertanya tentang semua pertanyaan yang aku tanyakan kepadamu ?”
“kamu itu nyata atau hanya khayalan belaka?”

Mata mulai terpejam dan pertanyaan itu mulai larut bersama mata yang terpejam. Kamu hadir dan perlihatkan wujudmu dalam mimpi yang menipu. Lantas aku bertanya tentang pertanyaan yang aku sampaikan lewat air yang mengalir.

Aku bertanya,
“apa kabar denganmu ?”
“apakah kamu baik-baik saja ?”
“masihkah kamu ingat denganku?”
“adakah rindu di hatimu?”
“Adakah kamu bertanya tentang semua pertanyaan yang aku tanyakan kepadamu ?”
“kamu itu nyata atau hanya khayalan belaka?”

Wujudmu seketika hilang. Mimpi yang aku alami berubah menjadi ruangan yang gelap. Tak ada cahaya sedikitpun yang ada hanya beberapa pertanyaan yang aku sampaikan lewat air yang mengalir.

Aku bertanya,
“apa kabar denganmu ?”
“apakah kamu baik-baik saja ?”
“masihkah kamu ingat denganku?”
“adakah rindu di hatimu?”
“Adakah kamu bertanya tentang semua pertanyaan yang aku tanyakan kepadamu ?”
“kamu itu nyata atau hanya khayalan belaka?”

Aku terbangun dan mulai sadar. Jantungku bergetar semakin cepat saat aku ingat bahwa kamu tadi hadir dalam mimpi. Ku minum segelas air yang telah aku sediakan untuk menenangkan diri. Lantas aku bertanya tentang pertanyaan yang aku sampaikan pada air yang mengalir.

Aku bertanya,
“apa kabar denganmu ?”
“apakah kamu baik-baik saja ?”
“masihkah kamu ingat denganku?”
“adakah rindu di hatimu?”
“Adakah kamu bertanya tentang semua pertanyaan yang aku tanyakan kepadamu ?”
“kamu itu nyata atau hanya khayalan belaka?”

Mungkin aku terlalu memikirkan dirimu sehingga wujudmu hadir dalam mimpi yang menipu. Pikiranku telah terpengaruh oleh ke-elokan sikap dan akhlakmu, pikiranku telah terpengaruh oleh kepolosan dirimu. Pada kenyataannya, kamu hanyalah sesosok harapan. Harapan yang mungkin saja bisa aku miliki jika aku memohon pada pemiliki jiwa.

Penataan Dakwah Islam Antara Keharusan Dan Kebutuhan[1]

Setiap muslim dan muslimah pada dasarnya mempunyai kewajiban untuk berdakwah, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar (HR) Muslim  dari Abu Sa’id Al-Khudri)


Penulis merasa miris ketika membaca sebuah tulisan yang membahas gerakan orientalis[2] dalam menghadapi islam. Mereka tak kenal menyerah untuk menumbangkan islam dan membuat islam bertekuk lutut kepada mereka. Kaum orientalis adalah pemeran utama dalam program kristenisasi dan penjajahan diberbagai pelosok dunia. Sampai saat ini, mereka terus memberikan sumbangan keuangan bagi kegiatan penyebaran Kristen dan kebudayaan Barat ke seluruh dunia Islam.

Disadari atau tidak, peng-kristenisasian di daerah-daerah terkhusus di daerah yang notabene terpencil dan kurang wawasan perihal ilmu pengetahuan, sering kali terjadi. Mereka berhasil me-murtad-kan masyarakat yang ada di sana hanya dengan iming-iming materi. Kita tahu bahwa keadaan ekonomi di daerah terpencil sangat kurang. Nah, keadaan inilah yang menjadi kesempatan kaum orientalis me-murtad-kan umat islam.

Jika melihat pergerakan umat islam dalam menyebarkan (baca: berdakwah) ajaran islam, saat ini sering kita lihat banyak program yang di gelar mengenai wawasan keislaman. Hal ini dimaksudkan agar umat islam mampu meresapi nilai-nilai keislaman sehingga umat islam tidak mudah untuk dijungkir balikan keimanannya. Namun penulis kira, program-program yang ada masih belum mampu menjadi persai guna melindungi keimanan umat islam.

Contoh kongkrit yang sering kita jumpai adalah program-program keislaman on air di televisi dan off air yang sering digelar oleh ormas-ormas islam.

Bukan bermaksud merendahkan program-program keislaman yang ada. hanya penulis merasa program-program yang sering kita jumpai itu hanya sebagai ceremonial belaka guna meramaikan industri hiburan.

Maka dengan realita yang ada, perlu adanya penataan ulang perihal dakwah[3] yang dilakukan agar dakwah dapat dilakukan secara efisien efektif, dan sesuai dengan kebutuhan. Maka sudah waktunya dibuat stratifikasi sasaran dakwah. Mungkin berdasarkan tingkat usia, tingkat pendidikan dan pengetahuan, tingkat sosial ekonomi dan pekerjaan, berdasarkan tempat tinggal, dan lain sebagainya. Salah satu arti hikmah dalam surat an-nahl : 125 adalah kemampuan untuk mengenal golongan dan kondisi sasaran dakwah.

Nurcholis majid pernah bilang bahwa dakwah harus ada perubahan, sebab kalau tidak dakwah akan kehilangan makna dan substansinya. Maka, melihat pernyataan tersebut sudah bukan waktunya lagi, dakwah dilakukan asal jalan, tanpa sebuah perencanaan yang matang baik yang menyangkut materinya, tenaga pelaksananya, ataupun metode yang dipergunakannya.

Memang benar, sudah menjadi sunnatullah bahwa yang hak akan mengalahkan yang batil (Al-isra : 81), tetapi sunnatullah ini berkaitan pula dengan sunnatullah yang lain yaitu bahwasannya Allah sangat mencintai dan meridhai kebenaran yang diperjuangkan dalam sebuah barisan yang rapi dan teratur (As-shaff : 4)

Rumusan permasalahan umat islam Indonesia[4]
Ada lima masalah yang harus dihadapi ulama :
  1. Keterbelakangan sosial ekonomi. Pembangunan di Indonesia pada 25 tahun terakhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga Indonesia tergolong Newly Industrialized Countreis (Negara Industri Baru) di samping Malaysia dan Thailand. Dengan penduduk berjumlah 185 juta jiwa (Data tahun 1995), wilayah yang luas, dan sumber kekayaan melimpah, Indonesia dinilai oleh banyak pengamat cukup potensial. Namun, pendapatan Indonesia masih sekitar 645 US $ sedangkan Malaysia 3115 US $ dan Thailand 1905 US $
  2. Keterbelakangan dalam bidang pendidikan. Setelah puluhan tahun menjalankan programnya, pendidikan islam masih belum menggembirakan.
  3. Lemahnya etos kerja umat islam. Lemahnya etos kerja ini menyangkut penerapan disiplin, penghargaan terhadap waktu, penentuan orientasi kepada masa depan, dan kemauan bekerja keras dengan penuh semangat.
  4. Belum terealisasinya ukhuwah islamiyah. Hendaknya, umat islam Indonesia – yang memiliki berbagai organisasi dengan program mereka masing-masing – dapat mewujudkannya.
  5. Umat islam Indonesia harus mengakhiri isolasinya dari pergaulan dunia. Umat islam tidak mungkin berjalan sendiri tanpa menjalin kerjasama dengan erbagai organisasi islam internasional.
Apa perubahan itu ?
Kata berubah berasal dari kata ubah, artinya “proses peralihan dari satu keadaan kepada keadaan lain”. Kata ini berasal dari bahasa arab Ghayyara-yughayyiru-taghyiran artinya “menukar” atau “mengganti”. Jika masuk pada bab tafaa’ul menjadi taghayyara-yataghayyaru-tahayyuran, artinya “perpindahan” atau “mebuat perubahan”. Kata taghayyur(perubahan) secara eksplisit disebut dalam Al-Qur’an.[5]

Bagaimana agar dakwah dapat terlaksana dengan baik ?
  1. Dakwah sering disalah mengertikan sebagai pesan yang datang dari luar. Pemahaman ini akan memawa konsekuensi kesalahlangkahan dakwah, baik dalam formulasi pendekatan metodologis, maupun formulasi pesan dakwahnya. Karena dakwah dianggap dari luar, maka langkah pendekatan lebih diwarnai dengan pendekatan interventif, dan para da’i lebih mendudukan diri sebagai orang asing, tidak terkait dengan apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh masyarakat.
  2. Dakwah sering diartikan menjadi sekadar ceramah dalam arti sempit.
  3. Masyarakat yang dijadikan sasaran dakwah sering dianggap masyarakat yang vaccum ataupun steril, padahal dakwah sekarang ini berhadapan dengan suatu setting masyarakat dengan beragam corak dan keadaannya.
  4. Memang benar bahwa kita hanyalah ditugaskan untuk menyampaikan saja[6] sedangkan masalah akhir dari kegiatan dakwah kita serahkan sepenuhnya kepada Allah. Ia sajalah yang mampu memberikan hidayah dan tauik-Nya. Bahkan rosul tidak mampu memberikan hidayahnya kepada yang ia cintai[7]. Namun, hal ini tidak berarti menafikan perencanann, pelaksanaan dan evaluasi dar kegiatan dakwah.
  5. Memang benar pula bahwa Allah SWT akan menjamin kemenangan hak yang kita dakwahkan karena yang hak jelas akan mengalahkan yang batil.[8] Akan tetapi kita sering lupa bahwa berlakunya sunnatullah tersebut dibutuhkan sunnatullah yang lain yaitu kesungguhan[9]
Bagaimana Prinsip dan Strategi yang harus dilakukan ?
1. Memperjelas secara gamblang sasaran-sasaran ideal- Pribadi muslim- Masyarakat Muslim2.Merumuskan masalah pokok umat islam3.Merumuskan isi dakwah4.Menyusun paket-paket dakwah5. Evaluasi kegiatan dakwah : menyadarkan pikiran, menumbuhkan keyakinan dan membangun sistem.

Penutup
Orang islam boleh kalah, tapi islam tidak boleh kalah –Ust. Amien Muchtar-
Pada akhirnya, kita hanya mampu berusaha. Poin-poin yang penulis sajikan di atas hanya segelintir dari gambaran stragtegi dakwah yang telah ada dan ter-maktub dalam berbagai buku yang membahas mengenai dakwah. Jangan pernah menyerah, karena jika menyerah berarti mati.

Wallahu A'lam


[1] Disampaikan pada diskusi PK. Hima Persis UIN @Selasar mesjid 12-3-14 ba’da dhuhur oleh Irfan Murtaqie Zaen Pemilik akun fb : Irfan Murtaqie Zaen. Tercatat sebagai mahasiswa KPI B 6 dan bidgar. Kominfo PK. Hima Persis UIN

[2] Orientalis berarti setiap orang barat yang memperhatikan masalah ketimuran. Dr. Ali al-Kharboutli, ahli sejarah, berpendapat “orientalis adalah para sarjana barat yang mempelajari soal-soal ketimuran (Islam) dari berbagai aspeknya.” Bahkan Dr. Muh. Qutub pernah mengatakan “Orientalis seluruhnya terdiri atas orang-orang Yahudi dan Nasrani.”

[3] Secara etimologis dakwah berasal dari bahasa arab yang berarti ajakan, seruan, do’a, propaganda, dll. Dakwah merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh umat Islam untuk mengajak kepada suatu kebaikan dan mencegah dari suatu kejahatan. Adapun definisi dakwah secara terminologis yaitu propaganda Islam dalam menyampaikan suatu kebenaran dan mencegah suatu bentuk kemunkaran,

[4] K.H. Drs. Badrudin Hsubky. Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman.Gema Insani Press. 1995. hal. 72-74

[5] Lihat surat (ar-Ra’d : 11)

[6] Lihat Al-qur’an surat Al-Ghaasiyah :21-22

[7] Lihat Al-qur’an Al-Qashas : 56

[8] Lihat Al-Qur’an Al-Isra : 81

[9] Lihat Al-Qur’an Ar-Ra’d : 11

Halaman

Statistik

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Pengikut

Tertarik ?? Klik iklan di bawah ini !!!!

Popular Posts

Copyright © / Tulis apapun, panen kapanpun !

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger