Manusia Makhluk sosial


Michael Dell, pendiri Dell Computers : “satu orang tidak mungkin melakukan semuanya sendirian”
 
Jika kita memperhatikan sebuah ungkapan diatas, ungkapan tersebut hampir sama atau bahkan sama dengan ungkapan " manusia adalah makhluk sosial ". ungkapan tersebut merupakan ciri bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri dan cenderung membutuhkan orang lain dalam melangsungkan kehidupannya. Dikatakan dalam catatan FB kang Rizky Sopiandi, S.Kom.I bahwa semua manusia dengan potensi yang dimilikinya adalah sebuah mekanisme simbiosis mutualisme. Untuk menjadi bermanfaat dan memanfaatkan. Hal ini senada dengan, Orang yang paling baik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. 

Begitupun dalam sebuah organisasi, baik itu katakanlah sebuah pemerintahan dalam sebuah masyarakat kecil atau masyarakat besar (Indonesia). Menagement sebuah organisasi haruslah seperti ungkapan yang ada diatas. Mereka satu sama lain saling membutuhkan dan saling melengkapi.

Sebuah organisasi adalah suatu kumpulan orang yang bekerja sama mencapai tujuan yang sama. Organisasi secara etimologi adalah “Organum”, yaitu alat, bagian, anggota, atau badan. Sedangkan menurut istilah adalah Bentuk dari setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.

Jika melihat dari pengertian diatas kita dapat mengambil sebuah analogi bahwa organisasi itu adalah ibarat sebuah bangunan yang kokoh, mau disatukan dalam komitmen yang sama dan berorientasi pada tujuan akhir. Ketika bangunan itu tidak disatukan maka bangunan itu tidak akan sempurna bahkan hancur. Organisasi atau pemerintah dalam suatu instansi jika para petingginya tidak sejalan dengan komitmen yang telah dibuat, maka pemerintahannya akan kacau.

Dalam hidup bermasyarakat atau berorganisasi biasanya ada semacam perbedaan dan pertentangan pendapat, hal ini lumrah terjadi yang akhirnya menimbulkan konflik. Konflik merupakan gangguan emosi yang merupakan akibat benturan pandangan yang saling bertentangan atau ketidakmampuan menangani pandangan-pandangan dengan pertimbangan realistic maupun moral. Perkelahian, permusuhan, kontroversi atau apa saja yang sering disebut konflik hampir setiap hari terjadi dalam kehidupan manusia, sekalipun tidak selalu terlihat.

Namun, konflik dapat berdampak negatif maupun positif. Bagaimana langkah-langkah menanganinya…?

Ada banyak cara yang saya pelajari dalam menangani suatu konflik yang ada. Bisa saja dengan satu cara konflik itu bisa diselesaikan. Atau ketika dengan satu cara tidak berhasil maka kita harus mencari cara yang lain untuk menyelesakan masalah itu.
Mari kita simak dengan seksama cara-cara yang pernah penulis pelajari berikut ini :

Tahap 1 (KURA-KURA)
Siklus ini dimulai dengan fase antisipasi. Fase ini sering berada dibawah sadar kita. Kita merasa adanya gejala-gejala yang masih sangat halus, misal muka yang mulai cemberut, komentar tajam, orang menutup pintu lebih keras atau lainnya. Kita pada tahap ini seperti tahu bahwa kita berada pada situasi konflik

Tahap 2 (ELANG)
Pada tahap berikutnya kita seperti elang terbang berputar disekeliling kejadian, karakter, mengumpulkan informasi dan mencoba-coba menentukan apa yang harus dilakukan kemudian. Kita menunggu dan melihat.

Tahap 3 (JAMUR)
Jika sumber-sumber konflik tidak berubah, siklus masuk pada tahap jamur. Pada fase ini kita sudah tidak bisa lagi lari sekalipun kita menginginkan. Apa yang tadinya kecil sudah menjadi besar, yang tadinya sedikit menjadi banyak, yang tadinya bisa dihindari sekarang tidak bisa lagi. Semua hal buruk tumb
Tahap 4 (JAGO)
Kini konflik menjadi terbuka. Polarisasi muncul, masalah terbuka jelas, tegangan tinggi dan pertahanan meningkat. Pada tahap ini terkadang kita mengambil langkah murdur kembali pada fase sebelumnya, kemudian kembali maju kearena sebagai jago lagi. Kalau hal ini terjadi, sering kita terjebak pada siklus pendek yang berulang-ulang.

Tahap 5 (MONYET)
Seperti monyet yang suka coba-coba, pada fase ini masing-masing pihak atau salah satu mencoba menerapkan metode/ kombinasi metode untuk menyelesaikan. Penyelesaian bisa tercapai kalau masing-masing pihak merasa puas.

Tahap 6 (MERPATI)
Ketegangan segera menurun, dan energi bisa dialihkan ke masalah yang lebih penting. Masing-masing pihak mencoba mengatasi perasaan buruknya yang sempat muncul pada fase sebelumnya.

Tahap 7 (BURUNG HANTU)
Kunci penting dari siklus agar dapat sempurna ada pada fase ini. Yaitu masing-masing pihak yang terlibat diharapkan melakukan refleksi atas apa yang telah terjadi. Fase refleksi merupakan fase yang sangat penting, tetapi sering dilupakan dan diabaikan. Sedangkan dengan mempelajadi pengalaman dalam konflik kita akan lebih memahami diri kita, organisasi serta orang lain.

Mudah-mudahan apa yang penulis sampaikan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca semua.
Tetaplah berkarya !






 



0 comments:

Posting Komentar

Jangan lupa tinggalkan komentar. Kritik dan saran saya tunggu.

Semoga hari ini menjadi hari yang penuh dengan kemuliaan dan penuh dengan harapan. Semoga Allah senantiasa membimbing, memberi petunjuk, dan lindungan-Nya kepada kita.

Halaman

Statistik

15,640
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Pengikut

Tertarik ?? Klik iklan di bawah ini !!!!

Popular Posts

Copyright © 2025/ Tulis apapun, panen kapanpun !

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger