Hadirin kaum muslimin
yang dimuliakan Allah swt alhamdulillah pada saat ini kita kembali
berjamaah dalam qiyamu ramadhan, berjamaah dalam shalat tarawih pada tahun ini
sebagaimana yang telah kita lakukan pada tahun-tahun yang lalu. Tidak terasa perjalanan
dirasakan singkat, namun apabila kita memperhatikan pada masa kegelapan,
jangankan 1 tahun, 10 tahun pun dirasa sebentar, dan seperti itulah persepsi
hitungan menurut persepsi manusia dan persepsi hitungan disisi Allah.
Apabila kita menghitung tahun kemarin usia kita 60 tahun,
sekarang tentu bilangan itu disebutnya 61 tahun, namun yang perlu kita ingatkan
seperti perjalanan jam, dari pagi hari pukul 6 terus maju pukul 7,8 sampai sore
pukul 18 jumlahnya bertambah, tetapi ternyata sebentar lagi kita sampai ke arah
tujuan yang kita tuju, bilangan usia bertambah, tetapi yang perlu disadari
hakikatnya bahwa jatah sudah berkurang, kalau kemarin 5 tahun lagi katakanlah,
ketika bertambah jumlah hitungan padahal hakikatnya berkurang satu tahun. Lantas
yang menjadi pertanyaan adalah Perssiapan apa yang telah kita persiakan untuk
menghadapi masa yang telah diteentukan? apa yang telah klita persiapkan untuk
ajalummusamma, ajal yang ditentukan oleh Allah. Yang menyebabkan kematian
bukanlah kecelakaan, penyakit, tetapi demikianlah ketentuannya, Allah sudah
menetapkan usia kita masing-masing, ada ungkapan mati itu hanya satu, hanya
penyebabnya yang berbeda-beda.
Seorang sahabat dan dia itu dikatan jedral perang, bukan 1,2
kali tetapi puluhan kali, mungkin kalau tidak berlebhan ratusan kali, mulai
peperangan terkecil – besar, beliau senantiasa meyakini, ada yang satu kali
perang langsung syahid, ada yang 2 kali langsung syahid, tapi kenapa aku sudah
berpuluh kali ber[erang tidak pernah danbelum
mengalami yang seperti itu.
Beliau menangis kaREna ternyata beliau wafat bukan dimedan
perang tapi wafat di atas kasur, inilah kenyataan.
Oleh karena itu rosulullah mengingatkan kepada kita masing2,
baik yang berhubungan dengan amal yang perlu diwujudkan,atau yang perlu ditinggalkan,
karena hakikat amal tidak terlepas dari 2 tempat.
1 mewujudkan satu cara
2 Menginggalkan satu cara
Baik ketika mewujudkan atau meninggalkan satu pekerjaan
jangan terlepas dari sifat imanan wahtisaban, karena iman dan mengharapkan
ridha Allah, insyaallah bagaimanapun akhir perjalanan hidup kita pada satu saat
akan bertemu dengan keridhaannya disisi-Nya, inilah barang kali yang
dinyatakan,
Manshama ramadhana (barang siapa yang melakukan shaum
ramadhan bukan karena kebiasasan tetapi shama ramadhana karena keimanan, imanan
wahtisaban karena iman dan dia mengharap keridhaannya ghufiralahu maataqaddama
mindzambihi (niscaya Allah akan mengampuni kesalahn2 yang telah lalu). Bukan
itu saja, bukan hanya shaumnya, tpi yang berhubungan dengan pekerjaan waktu malampun
rosul menyakatan, manqaama ramadhana (
barang siapa yang melaksanakan qiyamu ramadhan seperti yang kita lalkuakan setiap malam selama ramadhan,
itulah yang dimaksud qiyamu ramdhan atau dikenal dengan terawih imanan
wahtisaban ghufira lalhu maatawaddama mindzambihi
Hadirin yang dimuliakan allah oleh karenanya mudah2n kita
ketika melaksanakan shaum bukan hanya meninggalkan yang mubah meninggalkan yang
hukumnya halal, tapi yang paling utama kita mampu meninggalkan yang haram,
kenapa demikian, adakalanya orang shaum dari perkara-perkara yang halal dia
berbuka dari perkara-perkara haram. Maka inilah ada yang membatalkan shaum ada
yang merusak shaum. Jangan dirusak shaum kita kenapa, karena kita belum tentu
mengalami shaum yang akan datang yakinkan dalam diri jadikanlah shaum yang saat
ini lebih baik dari pada shaum-shaum yang telah lalu. Mudah2n Allah membukakan
mata hati kita masing-masing memberikan tenaga dan kekuatan keimanan sehingga
terwujudlah shaum yang bernilai disisinya karena bernilai imanan wahtisabana.
0 comments:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar. Kritik dan saran saya tunggu.
Semoga hari ini menjadi hari yang penuh dengan kemuliaan dan penuh dengan harapan. Semoga Allah senantiasa membimbing, memberi petunjuk, dan lindungan-Nya kepada kita.